AriReda, Musikalisasi Puisi yang Hidupkan Sapardi

Arireda (Foto: Istimewa)

“aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada”

Bacaan Lainnya

PROGRES.ID, JAKARTA – Bait indah itu dikemas sempurna dalam balutan vokal Reda Gaudiamo dan petikan gitar Ari Malibu. Sajak Sapardi Djoko Damono yang melegenda itu disulap menjadi alunan musik nan syahdu dalam musikalisasi puisi.

Duo AriReda, demikian sebutan duet solid tersebut, awalnya terbentuk di tahun 1982. Pada awalnya, mereka membawakan lagu-lagu balada country milik John Denver dan Simon & Garfunkel.

“Awalnya, waktu mulai tampil bersama dulu, tahun 1982, kami diduetkan begitu saja, membawakan lagu-lagu seperti karya-karya John Denver,” ungkap Reda, dikutip dari BBC (18/2/2017)

Lima tahun kemudian, tahun 1987, mendiang penulis dan sutradara teater AGS Arya Dipayana menawari Reda untuk membawakan musik lain, yang oleh AGS Arya Dipayana waktu itu disebut ‘musikalisasi puisi’.

” Lepas dari apakah istilah itu sebetulnya tepat atau tidak. Musikalisasi puisi itu adalah sebuah cara lain untuk menikmati dan menyampaikan puisi.” ujar Ari Malibu, sang gitaris.

Di tahun yang 1987 pula, mereka mulai memusikalisasi puisi dalam proyek ‘Hujan di Bulan Juni’ yang digagas oleh dosen mereka, Sapardi Djoko Damono dan Menteri Pendidikan dan Kebuyaan kala itu, Fuad Hassan. Tujuan dari proyek tersebut adalah agar puisi dapat dikenal oleh seluas-luasnya masyarakat.

Berangkat dari proyek tersebut, mulailah mereka hingga sekarang membawakan lagu-lagu yang merupakan musikalisasi puisi. “Habis itu yaudah keterusan. Sebenernya sih kami kepinginnya membuat lagu sendiri,” ujar Reda, dikutip dari detikHOT (18/2/2017)

Lagu-lagu mereka yang terkenal kebanyakan berangkat dari musikalisasi puisi karya dosen mereka saat berkuliah di Fakultas Sastra Universitas Indonesia dulu (Sekarang Fakultas Ilmu Budaya -red), Sapardi Djoko Damono. Sebut saja ‘Aku Ingin’ dan ‘Hujan Bulan Juni’.

Menurut AriReda, tidak semua puisi enak dimusikalisasi. Puisi pendek dan liris pun bisa jadi enak dibaca tapi belum tentu enak dibuat lagu.

“Tapi ada puisi-puisi yang seperti memanggil untuk dibuat lagu. Seperti berloncatan begitu saja nada-nada dari kata-kata di puisi-puisi itu,” papar Reda

Keduanya pun sepakat bahwa puisi-puisi karya Sapardi memang menarik untuk dilagukan.

“Jadi di samping beliau juga dosen kami, secara puisinya sendiri memang menarik untuk dilagukan. Kan nggak hanya kami saja yang bikin lagu. Teman-teman lain juga banyak (yang bikin lagu) dan rata-rata pas,” tambah Ari.

Keduanya pun terbilang berhasil dalam membawakan karya Sastra dalam bentuk lagu. Sejauh ini setidaknya sudah tiga album ‘Musikalisasi Puisi,’ mereka terbitkan: Becoming Dew, Gadis Kecil, dan terakhir, Menyanyikan Puisi.

Meski terlanjut lekat dengan puisi Pak Sapardi, mereka sebenarnya tak hanya melagukan puisi dari Sapardi Djoko Damono. Bulan Maret nanti, mereka akan merilis sebuah album musikalisasi puisi dari karya-karya Gunawan Muhammad.

AriReda memberikan sentuhan tersendiri bagi musik dan dunia sastra Indonesia. AriReda bisa jadi bukan duet yang terlalu popular dan penggemar mereka juga mungkin kalangan tertentu. Namun tak bisa disangkal, AriReda memiliki publik sendiri, dan mewarnai musik Indonesia. Syahdu, liris dan penuh nuansa makna di tengah budaya Pop yang tergesa-gesa. (dsy)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.