Meninggalnya 2 Peserta Diksar Mapala UII, Antara Hipotermia Atau Tindak Kekerasan ?

Gunung Lawu terletak di perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah, tepatnya antara Kabupaten Karanganyar dan Magetan | Foto : Khatulistiwa.info

PROGRES.ID, YOGYAKARTA – Meninggalnya dua mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta saat mengikuti kegiatan The Great Camping (TGC) MAPALA 13-21 Januari 2017, hingga saat ini masih dalam penyelidikan tim investigasi internal UII dan pihak kepolisian, dikarenakan ada dugaan tindak kekerasan dalam kasus tersebut.

Seperti diberitakan, Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Islam Indonesia (Mapala Unisi) tengah mengadakan kegiatan The Great Camping XXXVII yang merupakan kegiatan pendidikan dasar tahunan (diksar) bagi anggota Mapala Unisi.

Bacaan Lainnya

Kegiatan tersebut diadakan di lereng selatan Gunung lawu, tepat nya di kawasan hutan pinus Tlogodringo, Desa Gondosuli, Kecamatan Tawangmangu, Karanganyar.

Kegiatan yang diikuti 37 peserta terdiri dari 34 laki-laki dan tiga perempuan tersebut ternyata berujung duka dengan meninggalnya dua orang peserta diksar.

Pada Jum’at (20/1/2017). Muhammad Fadhli, mahasiswa Teknik Elektro asal Batam ini meninggal saat dalam perjalanan menuju RSUD Karanganyar. Kemudian, pada Sabtu (21/1/2017) peserta kedua yang meninggal adalah Syaits Asyam, mahasiswa Teknik Industri angkatan 2015. Mahasiswa kelahiran 7 Juli 1997 itu meninggal di RS Bethesda Yogyakarta.

Awalnya, penyebab kematian disebut-sebut karena keduanya mengalami hipotermia atau kedinginan hebat. Kasubag Humas Polres Karanganyar AKP Rohmad bahkan sempat memberikan keterengan mengenai hasil visum salah satu korban, Muhammad Fadhli.

“Hasil visum, korban (Muhammad Fadhli) meninggal karena hipotermia dan tidak ditemui tanda ada tindak kekerasan di bagian tubuhnya,” jelas Rohmad, seperti ditulis okezone (22/1/2017)

Namun tidak demikian dengan pihak keluarga Syaits Asyam. Mereka justru melihat kejanggalan dalam kematian anaknya.

Ibunda Syaits Asyam, Sri Handayani, menuturkan bahwa dia masih sempat berbincang dengan anaknya sebelum ia menghembuskan nafas terakhir. Syaits masih bisa menceritakan apa saja yang terjadi selama mengikuti diksar. Syaits mengaku punggungnya dipukul pakai rotan. Ia juga harus membawa air berjumlah banyak, sambil diinjak.

“Anak saya dengan kemampuan ngomong tinggal 60 persen bercerita, punggungnya disabet rotan, diinjak dan lehernya sakit membawa air terlalu banyak,” jelas Sri, dikutip dari tribunjogja (23/1/2017).

Pihak tim Investigasi internal UII saat ini tengah memeriksa panitia pelaksana dan pengurus MAPALA Unisi guna mencari informasi dan fakta kronologis sebenarnya. Demikian pula halnya dengan pihak Polres Karang Anyar juga telah melakukan otopsi dan sedang dalam tahap pemeriksaan saksi serta pengumpulan alat bukti terkait (dsy)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.