Anies dan Ganjar Sudah Dipasangkan dengan Orang NU, Akademisi: Prabowo Akan Kesulitan Jika Tak Gandeng Cawapres NU

Prabowo
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto memberikan keterangangn kepada media seusai pertemuan dengan Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, 21 Oktober 2019 (Foto: AP via VOA Indonesia)

JAKARTA, PROGRES.ID – Dalam perkembangan politik menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, Dosen Ilmu Politik dan International Studies dari Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam, memberikan pandangan menarik mengenai potensi pasangan Prabowo Subianto dalam memilih calon wakil presiden (Cawapres) yang sesuai. Menurut Umam, Prabowo mungkin akan menghadapi tantangan serius jika tidak menggandeng tokoh dari Nahdlatul Ulama (NU) sebagai Cawapresnya.

Menurut analisisnya, situasi tersebut dapat muncul jika koalisi Prabowo, yang terdiri dari Koalisi Perubahan dan Persatuan (KPP), serta PDI-P, menggunakan variabel NU dalam penentuan calon wakil presiden mereka. Untuk menghadapi situasi ini, Prabowo harus benar-benar mempertimbangkan kembali strategi dan pemilihan Cawapresnya.

Bacaan Lainnya

“Sebab, jika Prabowo tidak menggandeng tokoh Nahdliyin, maka mesin pencapresan Prabowo akan kerepotan mengkonsolidasikan basis jaringan Nahdliyin untuk berpihak kepadanya,” ujar Umam, dikutip dari Kompas.com, Rabu (18/10/2023).

Umam mengungkapkan bahwa jika Prabowo tidak berhasil menjalin kerjasama dengan tokoh Nahdliyin (anggota NU), maka hal ini dapat mengakibatkan kesulitan dalam mengkonsolidasikan basis jaringan Nahdliyin untuk mendukungnya dalam Pilpres 2024. NU adalah salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia yang memiliki pengaruh besar, terutama di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur, yang menjadi penentu kemenangan dalam pemilihan presiden.

Hingga saat ini, KPP telah memilih Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), sebagai Cawapres untuk Anies Baswedan. Di sisi lain, PDI-P dan PPP telah menunjuk Mahfud MD, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), sebagai pendamping Ganjar Pranowo. Kedua tokoh ini dianggap sebagai representasi kaum santri dan warga Nahdliyin, yang menjadi elemen penting dalam pemilihan presiden.

Umam menyoroti bahwa kehadiran Mahfud dalam pertarungan Pilpres 2024 dapat memengaruhi basis kekuatan politik NU dan menjadi hambatan bagi PKB dalam upayanya untuk menyatukan basis pemilih NU mendukung Anies dan Muhaimin. Oleh karena itu, dalam waktu yang terbatas hingga batas waktu pendaftaran pasangan capres-cawapres pada 25 Oktober, Umam mengingatkan Prabowo agar mempertimbangkan dengan serius faktor NU yang merupakan representasi dari kelompok Islam moderat.

Untuk memastikan kekuatan politiknya, terutama di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur yang krusial dalam kemenangan Pilpres 2024, Prabowo harus mempertimbangkan dengan cermat pemilihan Cawapres yang mampu mendapatkan dukungan dari kalangan Nahdliyin.

Saat ini, sejumlah nama telah muncul dalam daftar bursa calon wakil presiden Prabowo, termasuk Gibran Rakabuming Raka, putra Presiden Joko Widodo, Erick Thohir, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Airlangga Hartarto, Menko Bidang Perekonomian. Dalam memilih Cawapresnya, Prabowo harus mempertimbangkan dengan seksama faktor-faktor yang telah disoroti oleh Ahmad Khoirul Umam demi menjaga konsolidasi basis pendukungnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.