PROGRES.ID –
Dua pejabat senior pemerintah mengatakan kepada Reuters, delegasi Amerika Serikat (AS) akan bertemu dengan perwakilan senior Taliban di Doha pada Sabtu (9/10) dan Minggu (10/10). Hal tersebut akan menjadi pertemuan tatap muka pertama mereka di tingkat senior sejak Washington menarik pasukannya dari Afghanistan dan kelompok garis keras itu mengambil alih negara.
Delegasi tingkat tinggi AS yang mencakup pejabat dari Departemen Luar Negeri, USAID dan komunitas intelijen AS, akan menekan Taliban untuk memastikan keamanan bagi warga AS dan lainnya saat keluar dari Afghanistan. Mereka juga akan mendesak Taliban untuk membebaskan warga AS yang diculik Mark Frerichs, kata para pejabat.
Prioritas utama lainnya adalah meminta Taliban pada komitmennya bahwa mereka tidak akan membiarkan Afghanistan kembali menjadi sarang al-Qaeda atau ekstremis lainnya. Selain itu juga menekan kelompok itu untuk meningkatkan akses bantuan kemanusiaan karena Afghanistan menghadapi prospek “yang benar-benar parah” dan mungkin tidak mungkin untuk mencegah” penurunan kondisi ekonomi, kata pejabat AS.
Perwakilan Khusus AS Zalmay Khalilzad, yang selama bertahun-tahun mempelopori dialog AS dengan Taliban dan menjadi tokoh kunci dalam pembicaraan damai dengan kelompok itu, tidak akan menjadi bagian dari delegasi.
Tim AS akan mencakup Deputi Perwakilan Khusus Departemen Luar Negeri Tom West serta pejabat tinggi kemanusiaan USAID Sarah Charles. Di pihak Taliban, pejabat kabinet akan hadir, kata para pejabat.
“Pertemuan ini merupakan kelanjutan dari keterlibatan pragmatis dengan Taliban yang telah kami lakukan mengenai masalah kepentingan nasional yang vital,” kata seorang pejabat senior pemerintah, yang berbicara dengan syarat anonim.
“Pertemuan ini bukan tentang memberikan pengakuan atau memberikan legitimasi. Kami tetap jelas bahwa legitimasi apa pun harus diperoleh melalui tindakan Taliban sendiri. Mereka perlu membangun rekam jejak yang berkelanjutan,” kata pejabat itu.
Pendudukan Amerika Serikat selama dua dekade di Afghanistan mencapai puncaknya saat melakukan evakuasi melalui angkutan udara yang terorganisir tetapi tergesa-gesa pada Agustus. Terdapat lebih dari 124.000 warga sipil termasuk Amerika, Afghanistan dan lainnya berhasil dievakuasi ketika Taliban mengambil alih. Namun ribuan warga Afghanistan sekutu AS lainnya yang tertinggal menghadi risiko penganiayaan oleh Taliban.
Washington dan negara-negara Barat lainnya bergulat dengan pilihan sulit karena krisis kemanusiaan yang parah membayangi Afghanistan. Mereka mencoba merumuskan bagaimana terlibat dengan Taliban tanpa memberikan legitimasi yang dicarinya sambil memastikan bantuan kemanusiaan mengalir ke negara itu.
Banyak orang Afghanistan mulai menjual harta benda mereka untuk membeli makanan yang pasokannya semakin langka. [ah/rs]