PROGRES.ID – Jika gempa Megathrust Enggano di Bengkulu atau Megathrust Jawa Barat-Tengah terjadi bersamaan, maka akan menimbulkan dampak kerusakan yang luar biasa.
Hal ini diungkapkan Perekayasa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Widjo Kongko, seperti dinukil oleh Progres.id dari Kompas.com, Selasa (13/08/2024).
“Energi yang dihasilkan akan mirip dengan gempa bumi dan tsunami Aceh 2004,” ungkap Widjo.
Ia menerangkan, Megathrust Selat Sunda berpotensi memicu gempa berkekuatan M 8,7. Namun, jika gempa tersebut terjadi bersamaan dengan aktivitas di segmen lain seperti Megathrust Enggano di Bengkulu atau Megathrust Jawa Barat-Tengah, kekuatannya bisa mencapai Magnitudo 9 atau lebih.
Widjo mengingatkan kemungkinan terjadinya tsunami besar jika skenario terburuk ini terjadi. Menurutnya, tsunami tersebut bisa lebih tinggi dari yang pernah melanda Aceh pada tahun 2004, saat gempa berkekuatan M 9,3 mengguncang wilayah itu.
Megathrust Mentawai-Siberut, sambungnya, telah lama menjadi perhatian ilmuwan karena potensi gempanya. Wilayah ini pernah memicu gempa besar di masa lalu, seperti gempa M 8,5 di Nias pada 1994 dan M 7,9 di Lampung-Bengkulu pada 2000. Gempa terbesar yang dipicu oleh megathrust ini terjadi pada 10 Februari 1797, dengan kekuatan M 8,5 yang menyebabkan tsunami besar dan menewaskan lebih dari 300 orang.
Langkah Mitigasi
Agar zero victim bisa direalisasikan seandainya gempa Megathrust ini terjadi, BMKG telah menyiapkan sistem monitoring, pemrosesan, dan penyebaran informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami yang semakin cepat dan akurat.
Selain itu, BMKG juga aktif dalam memberikan edukasi dan pelatihan mitigasi bencana kepada pemerintah daerah, masyarakat, dan pelaku industri pantai melalui berbagai program seperti Sekolah Lapang Gempa Bumi dan Tsunami (SLG), BMKG Goes To School (BGTS), dan Pembentukan Masyarakat Siaga Tsunami.
“Harapan kami, upaya mitigasi ini dapat berhasil menekan risiko bencana, bahkan hingga mencapai zero victim,” kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono seperti dikutip dari Kompas.com.
Dengan persiapan dan kewaspadaan yang semakin meningkat, diharapkan masyarakat Indonesia dapat lebih siap menghadapi ancaman gempa dan tsunami di masa depan.