Cegah Rupiah Kian Terpuruk, BI Ambil Langkah Intervensi

Logo Bank Indonesia di Kantor Pusat Bank Indonesia di Jakarta, 2September 2020. (REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana via VOA Indonesia)

**Batas Iklan**

JAKARTA, PROGRES.ID – Bank Indonesia (BI) telah melakukan intervensi untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Tindakan ini ditujukan pada spot dan Domestic Non Deliverable Forward (DNDF) sebagai respons terhadap pelemahan rupiah yang cukup signifikan.

Data dari Refinitiv mengungkapkan bahwa rupiah mencapai level psikologis Rp15.900/US$ dan bahkan sempat mencapai angka Rp15.965/US$ selama perdagangan, menunjukkan pelemahan sebanyak 0,60%. Posisi ini merupakan yang terlemah sejak 8 April 2020, atau sekitar 3,5 tahun terakhir.

Bacaan Lainnya

Edi Susianto, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI), menjelaskan, “Kami terus mengawal dengan masuk pasar baik di spot maupun di DNDF,” dalam wawancara dengan CNBC Indonesia pada Senin (23/10/2022).

Pada pukul 13.50 WIB, dolar AS terpantau menguat dan berada di level Rp15.930.

Andry Asmoro, Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk., menjelaskan bahwa tekanan terhadap rupiah berasal dari faktor global setelah pernyataan Jerome Powell yang menyatakan bahwa kenaikan suku bunga acuan diperlukan untuk membawa inflasi AS mencapai 2%.

“Sentimen ini telah membawa Dollar Index tetap tinggi di 106. Hari ini, mata uang regional sebagian besar melemah terhadap dolar AS,” kata Andry pada Senin (23/10/2023) dikutip dari CNBC Indonesia.

Pernyataan Powell ini sebagai tanggapan atas inflasi AS yang masih lambat untuk mencapai target yang ditetapkan oleh The Fed. Powell mengatakan, “Kebijakan yang ketat memberikan tekanan pada aktivitas ekonomi dan inflasi,” dalam diskusi di Economic Club of New York. Meskipun dia mengakui kemajuan yang stabil dalam memperlambat inflasi, dia masih mempertimbangkan tindakan tambahan yang akan diambil oleh The Fed. Keputusan untuk menaikkan suku bunga atau tidak akan sangat tergantung pada kinerja perekonomian dalam beberapa bulan mendatang. Penting untuk mencatat bahwa imbal hasil Treasury 10-tahun hampir mencapai 5% pada hari Kamis sebelumnya (19/10/2023).

Selama minggu sebelumnya, pasar keuangan Indonesia mengalami aliran keluar modal. Berdasarkan data Tim Riset CNBC Indonesia, selama periode 16 – 19 Oktober 2023, nonresiden di pasar keuangan domestik mencatat penjualan bersih sebesar Rp5,36 triliun, terdiri dari penjualan bersih Rp3,45 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), penjualan bersih Rp3,01 triliun di pasar saham, dan pembelian bersih Rp1,10 triliun di Surat Utang Negara Berkelanjutan (SRBI).

Sementara itu, berdasarkan data transaksi pada periode 9 – 12 Oktober 2023, nonresiden di pasar keuangan domestik mencatat penjualan bersih sebesar Rp4,32 triliun, terdiri dari penjualan bersih Rp4,62 triliun di pasar SBN, penjualan bersih Rp0,10 triliun di pasar saham, dan pembelian bersih Rp0,40 triliun di SRBI.

Pos terkait