Angka Kematian Covid-19 di Indonesia Lewati 100 Ribu

Angka Kematian COVID-19 di Indonesia Lewati 100 Ribu — BeritaBenar
Petugas makam mengubur korban COVID-19 di tempat pemakaman Rorotan di Jakarta, 4 Agustus 2021. (Foto: AFP via BenarNews.org)

Pemerintah akui adanya keterlambatan vaksinasi dikarenakan ketidaktersediaan dosis.

PROGRES.ID – Jumlah kematian akibat COVID-19 di Tanah Air pada Rabu (4/8) menembus 100.000 jiwa, menjadikan Indonesia sebagai negara kedua di Asia setelah India dengan angka total kematian di atas batas tersebut.

Bacaan Lainnya

Sebanyak 1.747 kematian karena virus corona tercatat dalam 24 jam terakhir, menjadikan total warga yang meninggal secara nasional karena virus tersebut berjumlah 100.636 sejak virus itu diketahui menyebar di Indonesia pada Maret 2020. Total kasus kematian karena COVID-19 di India tercatat per hari ini lebih dari 426.000.

Sementara itu kasus infeksi bertambah 35.867 menjadikan total jumlah orang yang sudah terjangkit virus corona di Indonesia mencapai 3.532.567, menurut data Satgas Penanganan COVID-19, Rabu.

Tingginya angka kematian dan kasus tersebut paralel dengan rendahnya vaksinasi COVID-19 di mana baru sekitar 21,4 juta penduduk yang tervaksin penuh atau sekitar 7,9 persen dari 270 juta penduduk Indonesia.

Juru Bicara Satgas Wiku Adisasmito mengatakan masih tingginya angka kematian tersebut disebabkan masih banyaknya kasus aktif dan penderita meninggal saat perawatan.

“Ada beberapa faktor, salah satunya terlambat mendapatkan perawatan medis dan akibat memiliki riwayat komorbid atau penyakit penyerta yang dimiliki penderita COVID-19,” ujar Wiku.

Indonesia mengalami lonjakan kasus yang sangat tinggi dalam sebulan terakhir mencapai lebih dari 300 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini dikarenakan merebaknya varian Delta di beberapa kota besar yang mengakibatkan Indonesia menjadi negara dengan kasus aktif mencapai lebih dari 500.000 orang.

Meskipun demikian, Wiku mengklaim kasus COVID-19 nasional mengalami tren penurunan dibandingkan minggu-minggu sebelumnya. Puncak kasus positif mingguan terjadi pada 12 Juli sebanyak 350.273, namun menurun pada pekan ini menjadi 273.891 per minggunya.

“Selama dua minggu terakhir kasus positif menunjukkan tren penurunan dari tiga minggu lalu,” katanya.

Angka positivitas, atau jumlah yang positif berbanding yang dites, secara mingguan juga mengalami penurunan dari yang sebelumnya mencapai 30,72 persen menjadi 25,18 persen pada minggu ini, kata Wiku.

Positivity rate mingguan turun perlahan tiap minggunya. Penurunan kasus dan angka positivity rate ini menunjukkan terjadinya penurunan penularan di masyarakat,” kata dia.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan meskipun angka positivitas menurun namun belum mencapai target dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) yaitu di bawah 5 persen. Oleh karenanya, pihaknya melakukan penguatan testing, pelacakan (tracing) dan perawatan (treatment).

“Kami melibatkan berbagai elemen masyarakat termasuk melibatkan TNI-Polri untuk membantu pelacakan kontak erat, pemantauan isolasi dan karantina pasien. Semoga bisa membantu upaya pengendalian COVID-19 di masyarakat,” kata dia.

Nadia mengatakan ada beberapa provinsi yang  masih belum mencapai standar WHO dalam melakukan testing yaitu Lampung, Nusa Tenggara Barat dan Maluku. Saat ini, angka testing spesimen di Indonesia masih di kisaran angka 242.328 per hari nya.

Data LaporCovid19 hingga 3 Agustus, sebanyak 2.934 orang meninggal saat isolasi mandiri dan tidak mendapatkan perawatan di rumah sakit, sebagian besar terjadi di Jakarta. 

Keterlambatan vaksin

Siti Nadia tak memungkiri adanya keterlambatan dalam pelaksanaan vaksinasi, termasuk untuk penyuntikan dosis kedua yang saat ini sedang terjadi di beberapa daerah dikarenakan ketidaktersediaan vaksin.

“Keterlambatan penyuntikan vaksin dosis kedua selama masih dalam interval yang direkomendasikan para ahli, masih aman dan tidak akan mengurangi efektivitas vaksin pertama sehingga antibodi kita masih dapat terbentuk dengan optimal melawan virus COVID-19,” katanya.

Untuk vaksin Sinovac, jarak penyuntikan dosis 1 ke dosis kedua adalah 28 hari, sementara vaksin AstraZeneca 2 sampai 3 bulan. Sementara bagi penyintas dapat divaksin setelah tiga bulan dinyatakan sembuh.

Berdasarkan data, untuk memenuhi sasaran vaksinasi Indonesia membutuhkan setidaknya 426,5 juta dosis vaksin, sementara dosis yang sudah diterima sebanyak 150 juta dosis.

Pemerintah telah mendistribusikan 86,2 juta dosis vaksin dan 67,8 juta dosis telah digunakan di 34 provinsi.

640 dokter meninggal

Sementara itu, tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengatakan setidaknya ada 640 dokter yang meninggal dunia karena COVID-19 selama pandemi.

Ketua Pelaksana Harian Mitigasi PB IDI Mahesa Paranadipa mengatakan dalam seminggu terdapat penambahan kasus 42 dokter yang meninggal karena COVID-19.

“Pada pertemuan sebelumnya kami sempat umumkan di angka 598 jiwa namun ternyata pada 3 Agustus  ini angka kami update dengan penambahan angka cukup tinggi. Ada sebanyak 640 dokter sejawat yang gugur,” kata Mahesa dalam konferensi pers virtual.

Dari jumlah tersebut, 535 dokter merupakan laki-laki, sementara 105 lainnya merupakan dokter perempuan. Kematian terjadi di berbagai kota di Indonesia seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Jakarta, Sumatra Utara, Bali, Kalimantan Timur, Lampung dan Gorontalo.

Angka kematian tertinggi terjadi pada Juli, dengan jumlah dokter yang gugur sebanyak 199 orang dalam waktu sebulan. Sementara pada Juni, jumlah dokter yang meninggal karena COVID-19 berjumlah 52 orang.

“Sampai saat ini masih ada banyak dokter terpapar baik sedang menjalani isolasi mandiri maupun dirawat di rumah sakit. Semoga kasus cepet berkurang dan semua bisa sehat kembali,” katanya.

 

Logo BenarNews.org

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.