Full Day School Menuai Pro dan Kontra

Seorang siswa SD di Kepahiang berinisiatif memayungi gurunya yang baru tiba

PROGRES.ID, JAKARTA – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menggagas sistem sekolah seharian penuh atau yang dikenal dengan “Full Day School” untuk pendidikan dasar (SD dan SMP), baik negeri maupun swasta. Hal ini dilakukan agar anak mendapatkan pendidikan karakter secara formal dan keluarga secara maksimal.

“Dengan sistem Full Day School ini secara perlahan anak didik akan terbangun karakternya dan tidak menjadi liar di luar sekolah ketika orangtua mereka masih belum pulang dari kerja,” kata Mendikbud di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), seperti yang dikutip dari Kompas.com Minggu (7/8/2016).

Bacaan Lainnya

Menurut Muhadjir, agar menghasilkan anak didik yang memilliki mental yang tangguh dan berdaya saing tinggi perlu didukung oleh tenaga pendidik yang kompeten juga.

“Saya tidak akan mengutak-atik masalah sertifikasi guru. Namun, harapan saya, profesionalisme seorang guru juga harus ditingkatkan terus. Jangan ada guru yang tidak layak, tetapi tetap saja menuntut sertifikasi, bahkan prosesnya minta dipermudah,” katanya.

Sementara itu, restorasi pendidikan dianggap penting di level SD dan SMP untuk mengetahui sajauh mana perkembangan serta minat anak yang tentunya akan disalurkan dengan baik dari pihak sekolah, khususnya dari orang tua. Untuk jenjang SMA/SMK Muhadjir mengatakan akan mencari formulasi yang tepat agar memiliki keterampilan serta keahlian untuk menghadapi dunia kerja.

“Kondisi ini yang akan kami carikan solusi agar kesenjangan dalam pendidikan bisa diminimalkan,” ujarnya.

Namun, wacana tersebut masih akan disosialisasikan ke sekolah-sekolah secara intensif di pusat dan daerah terlebih dahulu agar nantinya bisa dibuatkan payung hukum dalam Peraturan Menteri (Permen).

Disamping itu, Anggota Komisi X DPR Dadang Rusdiana mempertanyakan gagasan Mendikbud Muhadjir Effendy. Ia menilai banyak pihak sekolah yang belum siap jika harus menerapkan sistem sekolah seharian.

“Siapkah anak-anak kita dengan perubahan seperti ini, karena tentunya fasilitas yang disiapkan sekolah untuk sekolah sepenuh hari harus dilakukan pula,” kata Dadang dikutip dari Kompas.com Senin (8/8/2016).

Menurutnya, Komisi X perlu membentuk panja untuk menguji kesahihan konsep Full Day School.

Praktisi pendidikan, Itje Chodidjah melihat masih banyak isu lain yang seharusnya diperhatikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang baru Muhajir Effendy daripada menambah jam belajar menjadi satu hari penuh. Menurut Itje, persoalan seperti kualitas guru, penerapan kurikulum yang belum maksimal dan program guru pembelajar seharusnya diperhatikan dulu.

“Jadi menurut saya, terlalu tergesa-gesa disaat ini memunculkan isu sistem sehari penuh, ada persoalan yang lebih penting harusnya Mendikbud melihatnya,” kata Itje, dilansir dari Republika.co.id Senin (8/8/2016).

Itje mengatakan, dari perpektif anak sistem pembelajaran satu hari penuh sangat baik. Tapi dari perpektif yang lebih besar, sistem satu hari penuh jauh lebih kompleks. Ia mencontohkan, persoalan geografis akan menjadi salah satu kendala untuk menerapkan sistem ini.(dsy)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.