PROGRES.ID – Ketika itu, warga Muslim setempat yang telah bertahun-tahun berjuang untuk mendapatkan izin bangunan bagi rumah ibadah baru mereka, menganggapnya sebagai sesuatu yang merusak pemandangan.
Bosnia ketika itu merupakan salah satu dari enam republik dari federasi sosialis Yugoslavia, yang didirikan setelah berakhirnya Perang Dunia II.
Dalam wawancara dengan kantor berita Associated Press, imam Masjid Edin Bukva mengatakan bahwa dulu hampir tidak mungkin membangun rumah ibadah di negara komunis itu.
“Hal ini terjadi pada tahun 1967, 1968 dan 1969, ketika hampir tidak terbayangkan akan adanya sebuah masjid baru atau rumah ibadah lain bisa di bangun di pusat perkotaan, di kota mana pun di bekas wilayah Republik Federal Sosialis Yugoslavia. Namun, warga Muslim di sini, di Visoko, gigih,” katanya.
Akan tetapi, menurut Bukva, Muslim Visoko tidak surut langkah. Setelah 3 tahun menyampaikan tekanan publik, pihak berwenang akhirnya memberikan ultimatum.
“Pejabat distrik dan kota memberikan ultimatum kepada komunitas Islam dan umat Muslim, yang berisi: ‘Anda boleh membangun masjid asalkan modern, atau tidak usah sama sekali.’ Bagi umat Muslim lokal, desain Masjid Putih itu benar-benar asing, mereka sulit menerimanya, karena bentuknya tidak seperti masjid yang pernah mereka lihat atau datangi.”
Muslim Visoko sepakat, meski agak enggan.
Zlatko Ugljanin, salah seorang arsitek modernis terkemuka Bosnia, dipilih untuk merancang masjid, yang lebih dari 90% biaya pembangunannya dibiayai dari sumbangan masyarakat.
Pembangunan kompleks masjid yang terbuat dari beton dan semen, ubin batu kapur dan tabung besi itu, dimulai pada tahun 1969. Dibutuhkan waktu 11 tahun untuk menyelesaikannya.
Akan tetapi, warga Muslim setempat tidak langsung jatuh hati pada masjid itu, kata Bukva.
Bagi umat Muslim lokal, desain Masjid Putih itu benar-benar asing, mereka sulit menerimanya, karena bentuknya tidak seperti masjid yang pernah mereka lihat atau datangi.”
Akan tetapi, dari tahun ke tahun, seiring semakin besarnya pengakuan dunia akan bangunan mencolok dan inovatif itu sebagai pencapaian unik arsitektur sosialis modern, Masjid Putih menjadi landmark favorit kota Visoko.
Pada tahun 1983, masjid itu menerima penghargaan bergengsi Aga Khan Award for Architecture. Sementara pada tahun 2018, masjid itu muncul di pameran New York Museum of Modern Art “Menuju Utopia Nyata: Arsitektur di Yugoslavia, 1948-1980” yang mengeksplorasi jangkauan global arsitektur sosialis Yugoslavia yang “berbeda namun memiliki banyak segi.”
Masjid itu pada akhirnya telah menemukan tempatnya di hati warga Visoko, paling tidak karena menjadi daya tarik utama bagi wisatawan.
“Bentuknya yang tidak umum, menarik perhatian pengunjung; bukan hanya umat Muslim yang taat, tetapi juga para pecinta arsitektur. Ini bukan masjid biasa karena tidak memiliki satu pun dinding yang lurus, semua dindingnya miring pada sudut tertentu. Ini juga salah satu masjid yang langka, alih-alih memiliki jendela biasa, masjid ini justru memiliki jendela di bagian atap. Ia memiliki lima skylights dengan bentuk unik yang melambangkan kelima rukun Islam,” kataAfan Abazovic, pemandu wisata profesional Bosnia.
Sementara itu, seperti dilaporkan AP, Muslim Visoko mulai merasa bangga dengan strukturnya yang tidak biasa, kata sang imam masjid, Bukva.
“Sebagai Muslim yang taat, yang senantiasa terhubung dengan masjid, kami mencoba untuk membuatnya menjadi suatu representasi, sebuah pusat kota, dengan menggunakannya sebagai tempat beribadah yang unik.Juga sebagai balai di mana warga dari berbagai kepercayaan yang berbeda-beda dapat melangsungkan aktivitasnya. Segala puji bagi Allah.”
“Kami ingin menambah kekhususan karakternya dengan menggunakannya secara konstan, tetapi kami juga sangat bangga dengan tampilannya.” [rd/em]