PROGRES.ID – “Operasi Trisula: Penumpasan Sisa-Sisa PKI di Blitar Selatan” adalah film sejarah yang mengangkat kisah penumpasan sisa-sisa anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) di wilayah Blitar Selatan pasca-peristiwa G30S/PKI. Operasi militer yang terjadi pada tahun 1968 ini merupakan salah satu upaya penting dalam mengakhiri pengaruh PKI setelah kudeta gagal mereka di tahun 1965.
Latar Belakang: Setelah G30S/PKI berhasil dipadamkan oleh militer Indonesia, banyak anggota dan simpatisan PKI melarikan diri dan bersembunyi di berbagai wilayah terpencil, termasuk di Blitar Selatan, Jawa Timur.
Kawasan Blitar Selatan yang terpencil dan bergunung-gunung dianggap strategis oleh sisa-sisa PKI untuk membangun basis gerakan gerilya. Di sini, mereka berusaha untuk berkonsolidasi kembali dan merencanakan gerakan perlawanan terhadap pemerintahan Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto.
Alur Cerita: Film ini dibuka dengan kondisi Indonesia pada pertengahan tahun 1960-an, di mana PKI masih memiliki pengaruh yang besar, khususnya di kalangan masyarakat bawah dan petani di wilayah Jawa.
Namun, setelah kudeta G30S/PKI gagal dan pimpinan PKI banyak yang ditangkap atau dibunuh, sisa-sisa kekuatan PKI mencoba bertahan dengan membangun perlawanan di daerah-daerah tertentu.
Fokus cerita terletak pada Operasi Trisula, operasi militer yang dilancarkan oleh TNI Angkatan Darat untuk menghancurkan kekuatan PKI yang masih bertahan di Blitar Selatan. TNI melibatkan pasukan khusus, termasuk dari RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat), yang dipimpin oleh Brigjen Widodo, dalam operasi ini.
Film menggambarkan bagaimana operasi ini tidak hanya melibatkan kekuatan militer, tetapi juga kerja sama intelijen dan penduduk setempat yang bersimpati pada pemerintah.
Di sisi lain, film juga memperlihatkan kehidupan para anggota PKI yang bersembunyi di hutan-hutan Blitar Selatan. Mereka dipimpin oleh tokoh PKI, Soeparjo, yang mencoba menyusun kembali kekuatan, meski berada dalam kondisi yang serba sulit, kekurangan logistik, dan dukungan dari masyarakat.
Selama operasi berlangsung, terjadi berbagai pertempuran sengit antara TNI dan kelompok gerilyawan PKI. Melalui penyusupan, serangan mendadak, dan operasi pengepungan, pasukan TNI secara sistematis menghabisi kekuatan gerilyawan.
Operasi ini juga menyoroti bagaimana tentara harus menghadapi tantangan geografis dan medan yang sulit, serta dilema moral saat harus melibatkan masyarakat lokal yang kadang terjebak di tengah-tengah konflik.
Puncak Konflik: Puncak cerita terjadi saat pasukan TNI berhasil mengepung markas besar PKI di Blitar Selatan. Pertempuran terakhir antara pasukan militer dengan anggota PKI terjadi dalam skala besar dan penuh ketegangan.
Dalam babak akhir, banyak pemimpin PKI yang tertangkap atau tewas, termasuk Soeparjo, yang tertangkap hidup-hidup dan diadili. Operasi Trisula berakhir dengan keberhasilan TNI dalam memadamkan gerakan perlawanan sisa PKI, menandai berakhirnya bab terakhir dari gerakan PKI di Indonesia.
Pesan Moral: Film ini menyampaikan pesan tentang pentingnya persatuan dan stabilitas dalam menjaga keutuhan bangsa. Di satu sisi, film menggambarkan bahaya ideologi komunisme yang berusaha merongrong pemerintahan, sementara di sisi lain, juga menggambarkan kesetiaan para prajurit TNI dalam melindungi negara dari ancaman pemberontakan.
Kesimpulan: “Operasi Trisula: Penumpasan Sisa-Sisa PKI di Blitar Selatan” adalah film sejarah yang dramatis dan penuh aksi, menggambarkan salah satu bab penting dalam sejarah Indonesia setelah G30S/PKI. Melalui film ini, penonton diajak untuk menyaksikan perjuangan militer Indonesia dalam mengakhiri ancaman komunis di negeri ini, sekaligus mengenang peristiwa yang memperkokoh kekuasaan Orde Baru di bawah Presiden Soeharto.
