KEPAHIANG.PROGRES.ID – Peringatan 200 tahun Traktat London menjadi momen penting untuk memperkuat kesadaran akan sejarah Bengkulu.
Peristiwa ini memiliki signifikansi dalam mendorong semangat pembangunan daerah.
Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah, menyampaikan hal ini dalam acara History Talk dan Afternoon Tea 200 Tahun Traktat London dengan tema “Menyusuri Sejarah, Politik, Ekonomi, Sosial, dan Budaya Bengkulu”, yang diselenggarakan di Benteng Marlborough pada Minggu sore (5/5/2024).
“Peristiwa sejarah seperti ini harus terus kita bangun. Sejarah masa lalu merupakan landasan yang kuat untuk pembangunan Bengkulu dan Indonesia ke depannya,” ujar Rohidin.
Menurutnya, kegiatan semacam ini juga dapat membangkitkan semangat kebersamaan dalam menjaga dan memelihara nilai-nilai sejarah.
“Kita semua mengetahui bahwa Inggris pernah memiliki kehadiran di Bengkulu, melalui kerja sama perdagangan rempah-rempah. Saat itu, Bengkulu menjadi pintu logistik utama untuk kawasan Sumatera. Sejarah ini harus kita perkuat dan manfaatkan di era saat ini dan masa mendatang. Oleh karena itu, kebijakan pembangunan infrastruktur secara nasional harus mengakui Bengkulu sebagai wilayah yang strategis,” paparnya.
Traktat London, atau dikenal juga sebagai Perjanjian London, merupakan kesepakatan antara Kerajaan Britania Raya (Inggris) dan Belanda mengenai pertukaran wilayah. Perjanjian ini ditandatangani di London pada tanggal 17 Maret 1824, bertujuan untuk mengatasi konflik yang muncul akibat Perjanjian Inggris-Belanda 1814.
Dalam perjanjian tersebut, Belanda menyerahkan Malaka, Semenanjung Melayu termasuk Penang dan Singapura kepada Inggris. Sebagai gantinya, Inggris menyerahkan Benteng Marlborough di Bencoolen (Bengkulu) beserta seluruh kepemilikannya di pulau Sumatera kepada Belanda. Pertukaran ini juga melibatkan Kepulauan Karimun, Batam, dan pulau-pulau lainnya di selatan Selat Singapura.
Peringatan 200 tahun Traktat London ini diinisiasi oleh Bank Indonesia bekerja sama dengan pemerintah daerah dan merupakan bagian dari Road to Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) 2024. Acara ini tidak hanya menjadi perayaan sejarah, tetapi juga menjadi kesempatan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya ekonomi keuangan digital dan potensi pariwisata di Bengkulu.
Selain itu, Traktat London juga dianggap sebagai pendorong digitalisasi keuangan. Pada kesempatan tersebut, Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu bersama Museum Bank Indonesia menggelar pameran koleksi uang dari sebelum kemerdekaan hingga pasca kemerdekaan. Koleksi ini, yang mencakup uang kertas dan logam berusia ratusan tahun, bertujuan untuk memberikan edukasi kepada pengunjung, khususnya generasi muda.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, Darjana, menjelaskan bahwa dalam pameran tersebut mereka menampilkan koleksi uang yang berkaitan dengan Bengkulu, seperti ORIDA (Oeang Republik Indonesia Daerah), mata uang Inggris pada masa kekuasaan mereka di Bengkulu, dan mata uang lain yang pernah beredar di Bengkulu.
“Acara ini merupakan bagian dari perayaan historis 200 tahun Traktat London. Kami berharap bahwa melalui perspektif ini, sejarah dapat menjadi motivasi bagi masyarakat untuk semakin tertarik berkunjung ke tempat wisata,” tambah Darjana.
Selain itu, kegiatan ini juga menyediakan layanan penukaran uang koin serta stand UMKM lokal yang mendukung pembayaran melalui QRIS.