Berita UtamaEdukasi

Kisah Tasya Nabilah, Mimpi Siswi Asal Bengkulu Jadi Pembawa Baki Bendera Pusaka

Paskibraka Bengkulu Tasya Nabilah
Tasya Nabilah, anggota Paskibraka asal SMAN 5 Kota Bengkulu | Foto: TribunNews.com

Sebuah Mimpi yang segera Nyata

PROGRES.ID, JAKARTA – Siswi SMA Negeri 5 Kota Bengkulu, Tasya Nabilah segera mewujudkan mimpi sejak masa kecilnya membawa dan mengibarkan bendera pusaka di Istana Negara Jakarta. Ia menjadi salah satu putri terbaik dari Provinsi Bengkulu yang tergabung dalam Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) di Istana Negara 17 Agustus 2016.

Bersama 65 anggota Paskibraka lainnya, Tasya saat ini tengah menjalani pelatihan di Pusat Pemberdayaan Pemuda dan Olahraga Nasional (PP-PON), Cibubur, Jakarta Timur. Tasya bukan satu-satunya Paskibraka asal Bengkulu, ada nama Ilham Massaid yang juga lolos menjadi anggota Paskibraka 2016.

Tasya mengakui bahwa untuk menjadi Paskibraka butuh perjuangan keras dan melalui sejumlah tahapan ketat dan menguras tenaga. Gadis 15 tahun ini mengaku sangat senang dan bangga bergabung dengan anggota Paskibraka lainnya.

“Saya senang dan bangga. Soalnya tesnya itu banyak, mulai dari tes tahap sekolah, tes wilayah, tes kota, provinsi dan akhirnya sampai nasional,” ujar Tasya saat ditemui di wisma Soegondo Djojopoespito, Rabu siang (10/7/2016) seperti ditulis oleh TribunNews.com dengan berita berjudul Mimpi Gadis Bengkulu Menjadi Pembawa Baki Bendera Pusaka.

Ia menjelaskan bahwa ia memang telah sejak kecil mengidam-idamkan dapat menjadi Paskibraka dan membawa sang saka Merah Putih untuk dikibarkan.

“Ini memang cita-cita Tasya dari kecil, pengen ngibarin bendera di Istana,” ujarnya.

Ia mengaku bahwa menjadi pembawa baki bendera pusaka adalah mimpi para Paskibra putri di seluruh Indonesia.

“Semua putri di sini pasti ingin jadi pembawa baki, termasuk saya,” terangnya.

Ia bercerita bahwa sejak kecil, yakni sejak belajar di tingkat SMP sudah mengikuti kegiatan ekstrakulikuler Paskibra yang dilanjutkannya hingga ke tingkat SMA. Kegiatannya itu pun didukung oleh kedua orang tuanya yang bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kota Bengkulu.

“Dari SMP saya sudah ikut ekskul paskib, sampai SMA juga. Pastinya orang tua sangat mendukung dan bangga,” ungkapnya.

Ia menerangkan juga bahwa selama mengikuti pelatihan di Jakarta, ia harus berpisah dengan keluarga hingga satu bulan.

“Sedih juga jadinya pisah sebulan sama keluarga, sama teman-teman,” imbuhnya.(pid)

error: Konten ini diproteksi !!

Exit mobile version