Operasi Internasional ‘Duck Hunt’, FBI Mengungkap Malware Qakbot yang Merajalela

ilustrasi komponen komputer/istimewa

PROGRES.ID– Sebuah operasi global yang dipimpin oleh Biro Penyelidik Federal (FBI) telah berhasil mengungkap salah satu alat kejahatan siber paling berbahaya yang sering digunakan oleh pelaku kriminal untuk melancarkan serangan ransomware dan mencuri data sensitif.

Otoritas penegak hukum Amerika Serikat mengumumkan pada hari Selasa (29/8/2023) bahwa FBI bersama dengan mitra internasionalnya telah berhasil menonaktifkan infrastruktur Qakbot dan menyita aset kripto senilai hampir $9 juta yang berasal dari kegiatan ilegal dalam operasi yang dilakukan pada Jumat (25/8/2023).

Bacaan Lainnya

Qakbot, yang juga dikenal sebagai Qbot, merupakan sebuah botnet dan malware canggih yang berhasil menginfeksi lebih dari 700.000 komputer di seluruh dunia selama hampir 15 tahun terakhir. Perangkat lunak jahat ini telah menciptakan kekacauan yang besar dalam dunia siber.

Pada awalnya, Qakbot muncul pada tahun 2008 sebagai alat untuk mencuri data perbankan. Namun, seiring berjalannya waktu, perangkat ini telah berkembang menjadi senjata kuat yang digunakan untuk melancarkan berbagai jenis kejahatan siber, termasuk serangan ransomware yang telah merugikan jutaan dolar dari korban-korbannya.

“Kode Qakbot yang jahat itu sedang dihapus dari komputer para korban, dan mencegahnya membuat kerusakan lebih jauh,” demikian pernyataan dari Kantor Jaksa untuk Distrik California dilansir dari voa indonesia.

Operasi ini diumumkan oleh Martin Estrada, pengacara Amerika Serikat di Distrik California, dan Don Always, asisten direktur FBI untuk kantor Los Angeles, dalam sebuah konferensi pers di Los Angeles. Estrada menggambarkan operasi ini sebagai “operasi pembongkaran sarana botnet terbesar yang dipimpin AS.”

“Qakbot merupakan botnet pilihan bagi sejumlah kelompok ransomware terkenal, namun kini kami telah mencabutnya,” ujarnya.

Operasi ini melibatkan berbagai lembaga penegak hukum dari negara-negara seperti Prancis, Jerman, Belanda, Inggris, Rumania, dan Latvia. Operasi tersebut diberi nama “Duck Hunt.”(koe/voa)

Pos terkait