Ada 40 Negara Diundang Arab Saudi, Tapi Rusia Tidak

raja arab saudi
Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al-Saud (Foto: Antara)

PROGRES.ID – Pertemuan yang melibatkan 40 negara untuk mengakhiri perang di Ukraina telah diinisiasi oleh Arab Saudi dengan tujuan menyusun strategi guna menghentikan serangan Rusia terhadap Ukraina.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, menyambut baik inisiatif ini dan mengajak beberapa negara terdampak, yang juga menghadapi lonjakan harga pangan akibat perang tersebut, untuk berpartisipasi dalam pertemuan ini.

Bacaan Lainnya

“Ini sangat penting karena isu ketahanan pangan berdampak langsung pada nasib jutaan orang di Afrika, Asia, dan belahan dunia lainnya. Kecepatan dalam mengimplementasikan formula perdamaian ini menjadi kunci,” kata Zelenskyy, seperti yang dikutip dari Al Jazeera pada Sabtu (5/8/2023).

Kenaikan harga pangan ini disebabkan oleh kebijakan Rusia yang tidak lagi berpartisipasi dalam kesepakatan pangan yang diperantara oleh PBB. Kesepakatan tersebut memungkinkan produk Ukraina dikirim melalui Laut Hitam ke negara-negara yang sedang berjuang melawan kelaparan.

Zelenskyy berharap pertemuan yang diinisiasi oleh Arab Saudi akan membawa pada kesepakatan para pemimpin dunia pada musim gugur ini untuk mendukung prinsip-prinsip yang diusulkan. Prinsip ini didasarkan pada formula perdamaian 10 poin Kyiv yang diusulkan dalam KTT G20 sebelumnya.

Formula tersebut mencakup penghormatan terhadap integritas teritorial Ukraina dan penarikan pasukan Rusia dari wilayah yang telah dicaplok oleh Moskow.

Forum ini akan diawasi oleh Kremlin atau pusat kekuasaan Rusia, meskipun Rusia tidak termasuk dalam daftar negara yang terlibat dalam pertemuan tersebut.

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyatakan bahwa Rusia perlu memahami tujuan dari pertemuan tersebut dan apa yang akan dibahas dalam forum ini.

“Setiap upaya untuk mempromosikan penyelesaian damai harus mendapat apresiasi positif,” katanya.

Pertemuan ini dianggap penting bagi Ukraina karena memberikan kesempatan untuk menjalin hubungan dengan negara-negara yang tetap netral, termasuk India dan Brasil. Bahkan, pertemuan ini dihadiri oleh negara sekutu Rusia, yakni China.

Meskipun China menyatakan bahwa negaranya netral dalam konflik antara Rusia dan Ukraina, tindakan mereka terkadang tidak selaras dengan klaim netralitas tersebut.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, menyatakan bahwa China siap bekerja sama dengan komunitas internasional untuk terus memainkan peran konstruktif dalam mencari solusi politik untuk krisis di Ukraina.

Dengan demikian, pertemuan yang berlangsung pada Sabtu (5/8/2023) di Arab Saudi ini menegaskan tekad Riyadh untuk berkontribusi dalam mencapai solusi perdamaian yang abadi.

“Kesiapan Riyadh untuk menggunakan jasa baiknya untuk berkontribusi mencapai solusi yang akan membawa perdamaian yang langgeng,” kata pejabat dari Saudi Press Agency (SPA).

Pos terkait