Dampak Asbes Berbahaya bagi Kesehatan, Mengapa Masih Digunakan di Indonesia?

atap asbes
Atap asbes yang berbahaya bagi kesehatan (Foto: Istimewa)

JAKARTA, PROGRES.ID – Atap asbes telah lama dikenal memiliki potensi efek berbahaya jangka panjang bagi kesehatan, termasuk penyakit seperti asbestosis, kanker paru-paru, dan mesothelioma. Namun, meskipun risiko ini terkenal, pertanyaannya adalah mengapa atap asbes masih banyak digunakan di rumah-rumah di Indonesia?

Muchamad Darisman, perwakilan dari LSM Jaringan Indonesia Larang Asbes (JILA), menjelaskan bahwa atap asbes masih menjadi pilihan utama bagi masyarakat menengah ke bawah.

Bacaan Lainnya

“Sebanyak 90% dari material asbes yang masuk ke Indonesia digunakan untuk atap semen bergelombang. Dengan kata lain, mayoritas penggunaan ini ada di kalangan masyarakat yang kurang mampu,” ungkap Darisman dalam wawancara dengan DW Indonesia pada Senin (18/9/2023) yang dikutip Progres.id.

Penggunaan atap asbes oleh masyarakat ekonomi menengah ke bawah ini disebabkan oleh keterbatasan akses mereka terhadap bahan atap yang lebih aman untuk kesehatan. Atap asbes biasanya lebih terjangkau secara finansial karena harganya yang lebih murah di pasaran.

“Mengapa atap asbes bergelombang ini lebih banyak digunakan oleh masyarakat miskin? Ini karena keterbatasan akses mereka. Dan selain itu, harganya lebih terjangkau,” ujar Dalisman.

Sejumlah negara di seluruh dunia telah melarang penggunaan asbes, termasuk negara-negara di Uni Eropa sejak tahun 2005. Australia bahkan membentuk sebuah Badan Keselamatan dan Pemberantasan Asbes yang fokus pada masalah asbes terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Darisman mempertanyakan mengapa larangan ini belum diterapkan di Indonesia. Menurutnya, ada faktor politik dan ekonomi yang memengaruhi kelangsungan penggunaan asbes di rumah-rumah Indonesia. Pemerintah dinilai belum serius menangani isu asbes dan terjadi saling lempar tanggung jawab di antara departemen-departemen terkait.

“Ini melibatkan faktor politik, ekonomi, yang pasti bermain di sini. Sebagian besar material asbes ini diimpor. Jadi, dari proses impor, melibatkan Bea Cukai, lalu ke Kementerian Perdagangan, dan masuk ke industri. Satu departemen dengan departemen lainnya saling lempar tanggung jawab,” tegas Darisman.

LSM Jaringan Indonesia Larang Asbes telah lama mendesak pemerintah untuk menghentikan impor asbes sejak tahun 2012. Sampai saat pemerintah menyediakan tempat pembuangan khusus, langkah pencegahan sementara yang bisa dilakukan adalah mengubur pecahan-pecahan asbes ke dalam tanah.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.