Inilah Festival Buraidah, Pasar Kurma Terbesar di Dunia

Festival buraidah
Truk-truk yang mengangkut kurma berjajar pada hari lelang menjelang "Festival Kurma Buraidah" di Buraidah di al-Qassim, Arab Saudi, 29 Agustus 2018 (Foto: Reuters via VOA Indonesia)

PROGRES.ID – Di tengah barisan truk yang penuh dengan kotak-kotak berisi kurma, para penjual meneriakkan harga jual kurma dagangan mereka yang ditawarkan di Festival Kurma Buraidah. Festival itu sebenarnya pasar musiman yang ditujukan hanya untuk menjual buah berwarna keemasan yang terkenal dengan rasanya yang manis legit.

Para petani, pedagang dan konsumen berbaur di kota yang dikenal dengan “kota kurma,” di pusat wilayah Qassim, salah satu kawasan di Arab Saudi yang paling konservatif. Menurut pihak penyelenggara, festival yang berlangsung selama 45 hari itu adalah festival kurma terbesar di dunia.

Bacaan Lainnya
Festival buraidah
Truk-truk yang mengangkut kurma berjajar pada hari lelang menjelang “Festival Kurma Buraidah” di Buraidah di al-Qassim, Arab Saudi, 29 Agustus 2018 (Foto: Reuters via VOA Indonesia)

Arab Saudi tidak saja dikenal sebagai pengekspor minyak nomor wahid di dunia, juga produsen utama kurma. Wilayah di sekitar Buraidah terkenal dengan perkebunan kurma yang luas.

“Kota kurma menjual 300 ribu ton kurma setiap tahun. Setiap hari, 1.500 mobil (mengangkut kurma) memasuki kota dan datang ke pasar ini pada saat puncak musim,” kata Khaled al-Nukidan, pengawas umum Festival Kurma Buraidah seperti dilansir Reuters.

“Kita bicara kurma dalam jumlah besar di pasar kurma terbesar di dunia.”

Kurma dalam berbagai jenis, bentuk dan ukuran dijual di pasar itu. Namun jenis yang paling langka adalah kurma Sukari dengan warna khas merah kekuningan. Kurma Sukari bisa dijual seharga antara 20 riyal (sekitar 79 ribu rupiah) per karton seberat 3kg, hingga 250 riyal (sekitar 990,980 rupiah) untuk jenis yang paling langka.

“Yang paling bagus adalah kurma yang mengkilap dan kuning, menunjukkan kelembaban,” kata Abdulatif al-Wahaibi, seorang pedagang.

Kurma yang kualitasnya kurang bagus dan kurang enak biasanya berwarna pucat, katanya.[ft]

Sumber: VOA Indonesia

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.