PROGRES.ID– Dunia politik seringkali menjadi panggung pertunjukan yang sarat drama. Di balik retorika yang keras dan perdebatan yang panas, terkadang terungkap sebuah permainan yang disebut “playing victim” atau berperan sebagai korban. Artikel ini akan membahas secara mendalam bagaimana playing victim menjadi taktik yang kerap digunakan dalam dunia politik, tujuannya, serta dampaknya pada proses demokrasi.
Playing Victim dalam Politik
Playing victim dalam konteks politik adalah taktik di mana seorang politisi atau kelompok politik berusaha menciptakan citra diri mereka sebagai korban dari tindakan lawan politik atau pihak ketiga tertentu. Mereka melakukan ini dengan berbicara tentang penderitaan atau tekanan yang mereka alami, seringkali melebih-lebihkannya, untuk mendapatkan simpati publik. Ini bisa terjadi dalam berbagai situasi, termasuk kampanye pemilihan, debat politik, atau kontroversi politik.
Ciri-Ciri Playing Victim dalam Politik
- Menyalahkan Pihak Lain: Politisi yang bermain korban cenderung menyalahkan lawan politik, media, atau kelompok tertentu atas masalah atau kesalahan yang ada dalam pemerintahan atau kampanye mereka.
- Memanfaatkan Emosi Publik: Mereka berupaya untuk memanfaatkan emosi publik, terutama simpati, marah, atau ketakutan, untuk memperkuat narasi mereka.
- Menghindari Pertanggungjawaban: Playing victim digunakan untuk mengalihkan perhatian dari masalah yang sebenarnya dan menghindari pertanggungjawaban atas keputusan atau tindakan yang kontroversial.
- Menciptakan Pemisahan: Taktik ini sering digunakan untuk memperkuat perpecahan di antara pendukung dan lawan politik, menggambarkan diri mereka sebagai pihak yang tidak bersalah yang dianiaya.